Jumat, 19 Desember 2014

Kurangnya Pemahaman Yang Positif Tentang Pendidikan Dikalangan Siswa-siswa Jaman Sekarang



Oleh : Agung Riyanto

Kita tau bahwa masa-masa sekolah adalah tempat dimana para pelajar mulai mencari jati diri mereka, kondisi apapun akan mereka temukan ketika berada dalam lingkup sekolah dan kebiasaan-kebiasaan para teman atau sesama pelajar lainnya, yang biasa mereka temukan disaat berkumpul atau biasa mereka nongkrong sesama teman pelajar lainnya, dari kebiasaan-kebiasaan itulah mereka menemukan karakter-karakter siswa yang berbeda dan dimana mereka akan mengikuti hal-hal yang sama karena dorongan solidaritas yang menuntut mereka mau tidak mau akan mengimbangi apa yang jadi kebiasaan teman lainnya, dari kebiasaan baik maupun buruk akan mereka ikuti,karena mereka masih muda, maka tingkat emosionalnya belum bisa dikendalikan, dan hanya sekedar mencari jati diri mereka yang sesungguhnya. salah satu dari dampak tersebut diantaranya adalah tawuran, diantaranya tawuran antar pelajar antar sekolah maupun antar golongan-golongan lainnya.
Pelajar indonesia selalu membudayakan tawuran, bersikap anarkis dan premanisme seakan ingin menunjukan jati diri mereka, tentu bukanlah seperti itu,  seorang pelajar seharusnya menunjukan prestasinya di sekolah maupun di luar sekolah. Semua itu bisa disebabkan dengan pengaruh lingkungan disekitar tempat mereka tinggal, dan juga tingkat setres mereka disekolah yang sudah menggunung karena berbagai pelajaran yang menurut mereka tidak bermanfaat dan belum patut di pelajari untuk mereka, sehingga mereka frustasi dan melampiaskannya dengan hal-hal yang negatif dan perselisihan karena saling ngejek-mengejek antar pelajar lainnya salah satu faktor pemicu lainnya.
         Siswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi memiliki beraga bahasa untuk berkomunikasi dan bernegosiasi dengan orang lain, termasuk dengan seseorang yang dianggap musuh. Sebaliknya, siswa yang kecerdasan emosionalnya rendah hanya memiliki satu bahasa takut atau justru sebaliknya, tawuran. Mereka juga tidak bisa membedakan musuh, Tolak ukur seseorang dianggap kawan atau musuh adalah seragamnya. Siapapun dia, asalnya darimana, kalau memakai seragam sekolah lawan harus di musuhi. Seragam sekolah menjadi sumber masalah,meski tujuannya baik yakni untuk melatih kedisiplinan, tetapi juga membawa dampak negatif. Seragam sekolah menumbuhkan identitas kelompok yang memicu tawuran, dimana mereka akan membedakan kelompok satu sama lainnya yang berbeda sekolah.
Maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus bertindak tegas dalam menangani tawuran antar pelajar di indonesia yang harus kita lakukan adalah terutama bagi sekolah dan pemerintah buatlah sekolah yang menyenangkan bagi muridnya, karena akibat kurikulum yang terlalu berat menjadikan sekolah sebagai beban baru sebagai siswa. karena siswa sebenarnya sudah sangat tertekan akibat berbagai persoalan keluarga dan masyarakat, termasuk pengangguran dan kemiskinan. Akibatnya siswa ke sekolah tidak enjoy tetapi malah stress. Siswa tidak menganggap sekolah sebagai aktivitas yang menyenangkan tetapi sebaliknya membebani atau bahkan menakutkan.
Akibatnya siswa lebih senang keluyuran dan nongkrong di jalan-jalan dari pada mengikuti pelajaran di sekolah,dan salah satu menanggulangi tawuran sebaiknya dari awal pendidikan lebih menanamkan nilai-niai keagamaan yang religious, Kalau usaha tersebut telah dilakukan tetapi tawuran pelajar makin menggejala, artinya kita perlu berusaha lebih keras lagi. Justru itulah makna hakikat pendidikan terus berusaha dan tak kenal menyerah untuk menjadikan pelajar yang memiliki norma-norma yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar