Oleh : Agung Riyanto
Kita tau bahwa masa-masa sekolah adalah tempat dimana para
pelajar mulai mencari jati diri mereka, kondisi apapun akan mereka temukan
ketika berada dalam lingkup sekolah dan kebiasaan-kebiasaan para teman atau
sesama pelajar lainnya, yang biasa mereka temukan disaat berkumpul atau biasa
mereka nongkrong sesama teman pelajar lainnya, dari kebiasaan-kebiasaan itulah
mereka menemukan karakter-karakter siswa yang berbeda dan dimana mereka akan
mengikuti hal-hal yang sama karena dorongan solidaritas yang menuntut mereka
mau tidak mau akan mengimbangi apa yang jadi kebiasaan teman lainnya, dari
kebiasaan baik maupun buruk akan mereka ikuti,karena mereka
masih muda, maka tingkat emosionalnya belum bisa dikendalikan, dan hanya
sekedar mencari jati diri mereka yang sesungguhnya. salah satu dari dampak tersebut
diantaranya adalah tawuran, diantaranya tawuran antar pelajar antar sekolah
maupun antar golongan-golongan lainnya.
Pelajar indonesia selalu membudayakan tawuran, bersikap
anarkis dan premanisme seakan ingin menunjukan jati diri mereka, tentu bukanlah
seperti itu, seorang pelajar seharusnya menunjukan prestasinya di sekolah
maupun di luar sekolah. Semua itu bisa disebabkan dengan pengaruh lingkungan
disekitar tempat mereka tinggal, dan juga tingkat setres mereka disekolah yang
sudah menggunung karena berbagai pelajaran yang menurut mereka tidak bermanfaat
dan belum patut di pelajari untuk mereka, sehingga mereka frustasi dan
melampiaskannya dengan hal-hal yang negatif dan perselisihan karena saling ngejek-mengejek antar pelajar
lainnya salah satu faktor pemicu lainnya.
Siswa yang
kecerdasan emosionalnya tinggi memiliki beraga bahasa untuk
berkomunikasi dan bernegosiasi dengan orang lain, termasuk dengan seseorang yang
dianggap musuh. Sebaliknya,
siswa yang kecerdasan emosionalnya rendah hanya memiliki satu bahasa takut atau
justru sebaliknya, tawuran. Mereka juga
tidak bisa membedakan musuh, Tolak ukur
seseorang dianggap kawan atau musuh adalah seragamnya. Siapapun dia, asalnya
darimana, kalau memakai seragam sekolah lawan harus di
musuhi. Seragam sekolah
menjadi sumber masalah,meski tujuannya
baik yakni untuk melatih kedisiplinan, tetapi
juga membawa dampak negatif. Seragam sekolah menumbuhkan identitas kelompok
yang memicu tawuran,
dimana mereka akan membedakan kelompok satu sama lainnya yang berbeda sekolah.
Maka dari itu kita sebagai generasi penerus
bangsa harus bertindak tegas dalam menangani tawuran antar pelajar di indonesia yang harus kita
lakukan adalah terutama bagi sekolah dan pemerintah buatlah sekolah yang
menyenangkan bagi muridnya, karena akibat kurikulum
yang terlalu berat menjadikan sekolah sebagai beban baru sebagai siswa. karena siswa
sebenarnya sudah sangat tertekan akibat berbagai persoalan keluarga dan
masyarakat, termasuk
pengangguran dan kemiskinan. Akibatnya siswa ke sekolah tidak enjoy tetapi malah stress. Siswa
tidak menganggap sekolah sebagai aktivitas yang menyenangkan tetapi sebaliknya
membebani atau bahkan menakutkan.
Akibatnya siswa lebih
senang keluyuran dan nongkrong
di jalan-jalan
dari pada mengikuti pelajaran di sekolah,dan salah satu menanggulangi tawuran sebaiknya dari awal
pendidikan lebih menanamkan nilai-niai keagamaan yang religious, Kalau usaha
tersebut telah dilakukan tetapi tawuran pelajar makin menggejala, artinya kita
perlu berusaha lebih keras lagi. Justru itulah makna hakikat pendidikan terus berusaha
dan tak kenal menyerah untuk menjadikan pelajar yang memiliki norma-norma yang
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar